Senin, 26 September 2011

Masjid Merah







Masjid megah nan unik yang terletak di perempatan Jalan Pettah Bazaar, Kolombo, ini menyempurnakan perannya dalam membangun peradaban Islam, dengan berbagai kegiatan dawah.
Ornamen dinding belang berwarna merah dan putih begitu indah. Warna merah nan cerah, yang lebih dominan, sangat menyala di antara bangunan sekitarnya. Karenanya masyarakat menyebut Masjid Jamiul Alfar di Kolombo, Sri Lanka, ini sebagai Samman Kottu Palli (bahasa Tamil), Rathu Paliya (bahasa Sinhala), Red Mosque (bahasa Inggris), Masjid Adzfar (bahasa Arab), yang berarti “Masjid Merah”.

Meskipun demikian, kecerahan itu tidak menghilangkan nilai spiritual dan kekhusyu’an jama’ah.

Warna merah nan cerah tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang melancong kawasan Kolombo.

Sedang warna hijau toska mendominasi dinding bagian dalam ruangangan. Pola lengkungan pada bagian atap dinding begitu indah, terdapat pada hampir setiap pintu masuk yang menghubungkan bagian halaman dalam masjid dengan ruang tempat shalat di lantai dasar. Arsitekturnya memperlihatkan kekayaan kebudayaan Islam yang dipadu dengan kemegahan bangunan kastil Inggris.

Seperti masjid pada umumnya, masjid tertua di kota Kolombo ini juga memiliki menara masjid. Di Masjid Jamiul Alfar ini terdapat 14 menara. Terdiri dari dua menara berukuran sedang, dan sisanya berukuran kecil.

Masjid yang dibangun pada tahun 1909 ini disebut-sebut sebagai land mark Sri Lanka. Untuk mencapai hasil yang maksimal, Saibo Lebbe, sang arsitek, merancang bagunan ini selama satu tahun pada tahun 1908.

Masjid Jamiul Alfar sempat mengalami perbaikan dan perluasan bangunan. Awalnya masjid ini hanya mampu menampung 1.500 jama’ah. Seiring perkembangan Islam di Sri Lanka, masjid ini tak lagi mampu menampung jama’ah. Maka, pada tahun tahun 1975, panitia masjid melakukan perluasan dengan membangun gedung tambahan di sebelah bangunan lama masjid.

Kini, setelah mengalami perluasan itu, masjid ini mampu menampung sekitar 5.000 jama’ah.

Sebagaimana di negara-negara muslim, ketika Hari Raya tiba, jama’ah membludak di sekitar masjid. Maka, sekeliling jalan masjid, yang biasanya sangat sibuk dengan aktivitas perdagangan, disulap menjadi bagian tempat ibadah umat Islam, yang tentu saja menjadi sangat rapi dan bersih.

Kemudian, untuk perluasan yang kedua kalinya, pengurus masjid membeli lahan di belakang masjid yang telah berdiri sebuah pusat perbelanjaan dengan 32 buah toko.

Tahun 2009 lalu, perluasan itu dimulai. Diperkirakan, perluasan kedua ini akan menelan biaya sekitar 2,4 juta dolar AS (Rp 240 miliar).

Masjid yang direncanakan akan mampu menampung 10.000 jama’ah ini akan dilengkapi dengan sebuah gedung aula yang akan digunakan untuk tempat pertemuan dan ruang istirahat bagi para musafir.

Pengembangan tahap dua ini akan dilakukan dengan menambah bangunan utama masjid menjadi bangunan empat lantai.

Untuk memudahkan jamaa’ah berusia lanjut, bangunan masjid juga akan dilengkapi dengan eskalator menuju lantai dua, tiga, dan empat.

Selain itu, masjid ini juga akan menyediakan ruang shalat, tempat wudhu, dan ruang istirahat khusus untuk perempuan secara terpisah dengan gaya kontemporer.

Selain menjadi pusat ibadah umat Islam di Sri Lanka, Masjid Jamiul Alfar juga telah memainkan peran penting dalam tatanan sosial kehidupan. Dahulu, masjid ini menjadi tempat berlindung masyarakat dari gangguan dan ancaman selama berkecamuknya konflik etnis yang melanda Sri Lanka dua dekade terakhir.

Kini masjid megah nan unik yang terletak di perempatan Jalan Pettah Bazaar ini menyempurnakan perannya dalam membangun peradaban Islam, dengan berbagai kegiatan dawah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar