Rabu, 27 Juli 2011

Tiga Pilar Terorisme di Indonesia

Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan HAM Djoko Suyanto menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan terorisme terus tumbuh dan berkembang di Indonesia.

"Yang pertama, kepemimpinan, yang menjurus untuk mempengaruhi ke arah yang tidak baik," ungkapnya dalam pidato pembukaan rapat koordinasi dalam rangka penanggulangan terorisme di Indonesia yang bertempat di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (25/7/2011).

Faktor yang kedua, lanjut Djoko, adalah daya pemersatu. Menurutnya, daya pemersatu yang kuat inilah yang membuat para teroris merelakan jiwa dan raganya untuk berkorban.

Sementara pilar terakhir kuatnya terorisme di Indonesia adalah faktor jaringan. “Adanya jangkauan mengakibatkan mereka jadi berkembang," terang Djoko.

Rapat kordinasi ini, salah satunya bertujuan untuk mendeteksi secara dini serta pencegahan aksi-aksi terorisme di Indonesia. Selain itu juga upaya peran aktif dari semua elemen, tidak hanya aparat penegak hukum untuk menekan pertumbuhan terorisme.

Hadir dalam acara ini para jaksa, polisi, TNI, serta aparat dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

12 Ormas Islam Kecam Kekerasan Atas Nama Agama

Pewakilan 12 Ormas Islam sejak pagi tadi menemui Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Usai pertemuan, Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siradj mewakili ormas Islam lainnya dengan tegas mengatakan, mengecam segala tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama.

“Kami prihatin atas munculnya beberapa fenomena kekerasan yang mengatasnamakan agama, teruma Islam, intoleransi tengah terjadi. Bukan hanya di Indonesia, baru-baru ini juga terjadi aksi teror di Norwegia, memang masyarakat dunia sedang sakit. Kami mengutuk sekeras-kerasnya, anarkisme dan terorisme," ucap Said di kantor Presiden Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (25/7/2011).

Hadir dalam pertemuan ini Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Radjasa, Mensesneg Sudi Silalahi, Mendagri Gamawan Fauzi, Menag Suryadharma Ali, dan Seskab Dipo Alam.

Sementara itu, pimpinan ormas yang hadir di antaranya Sekjen PBNU Marsudi Syuhud, Ketua Muhammadiyah Helmi Burin, Ketua Umum Al Irsyad Al Islamiyah Zed Bahmid, Ketum Ittihadiyah Nazri Adiani, Ketum Ar Robth Al Alawiya Ahmad Al Atas, Ketum Syarikat Islam Indonesia Mohammad Mufti, Perti Amin Lubis, Ketua AZZIKRA Lutfi A Tamimi, Ketua PITI Wahyudi Patra, Ketua Matiaul Anwar Ahmed Syadeli, dan Ketua Persis Taufik Rahman.

Pancasila, Solusi Paling Ampuh Cegah Terorisme

Maraknya aksi terorisme di Indonesia dipicu oleh pemahaman terhadap agama yang sempit. Hal ini sangat berbahaya karena menanamkan keyakinan bahwa golongannya sendiri yang benar sedangkan orang di luar golongannya dianggap sebagai musuh.

Menurut pandangan akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, M Romli segala bentuk tindakan ekstrim dalam agama itu dilarang. Tak ada ajaran agama manapun yang mengajarkan segala bentuk kekerasan.

"Untuk menangkalnya pertama adalah mengembangkan sikap persaudaraan di antara kita. Kedua, melihat persamaan ajaran agama yaitu cinta kasih. Minimal itu bisa menangkal jangan sampai terjadi kekejaman," ujar Romli dalam keterangan tertulisnya, Rabu (27/7/2011).

Romli menjelaskan, kekerasan dapat dibatasi dengan cara melemahkan sumber konflik sosial, perbedaan kepentingan, ketidakmerataan distribusi manfaat sosial, dan hakikat keadilan sosial.

"Kekerasan dapat dibendung dengan mendayagunakan agama untuk dapat menghalangi kekerasan dengan menekankan nilai-nilai universal, misalnya cinta kasih dan persaudaraan," paparnya.

Hal senada diungkapkan Ketua MUI Banten, Ahmad Saefudin Hasan. Menurutnya, MUI tetap konsisten dalam berperan bersama pemerintah untuk mencegah masyarakat melakukan kemungkaran termasuk aksi terorisme.

"4 pilar yang ada didalam negeri kita yaitu Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Menurut MUI 4 pilar sudah final sehingga tidak perlu diubah. Tinggal kita memanfaatkan 4 pilar ini sesuai dengan ajaran agama kita," kata dia menanggapi maraknya radikalisme dan terorisme di Indonesia.

Menurutnya, dasar negara Pancasila sudah final dan tinggal diamalkan sesuai dengan ajaran agama, sehingga pemahaman sempit terhadap agama yang berujung pada perpecahan dapat dihilangkan.

"MUI memohon para ulama untuk senantiasa bersilaturahmi dengan aktifis muda Islam sehingga tidak menyimpang. Tidak ada agama yang mengajarkan tindakan kekerasan,"

Rabu, 20 Juli 2011

Keanehan Letusan Gunung Lokon

Gunung Lokon di Tomohon, Sulawesi Utara, memiliki keanehan dibandingkan dengan gunung berapi lainnya di dunia. Aktivitas Lokon dinilai abnormal karena urutan proses letusannya terbalik dari urutan normal.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, kepada VIVAnews, Selasa. Dia mengatakan Lokon mengalami tremor selama 30 jam berturut-turut belakangan ini, tapi tidak meletus.

Hal ini menurutnya aneh. Biasanya gunung setelah mengalami tremor yang lama, akan mengeluarkan letusan yang besar. "Tremor terus berlangsung, tidak berhenti. Tapi tidak meletus," kata Surono.

Dia mengatakan urutan proses letusan Lokon menyalahi semua aturan yang ada. Surono menjelaskan gunung berapi biasanya mengalami gempa vulkanik yang semakin lama semakin membesar. Ini adalah tanda awal gunung akan meletus. Setelah itu, terjadi tremor yang amplitudonya terus naik, barulah terjadi letusan.

"Gunung Lokon lain. Pertama terjadi letusan, lalu tremor. Tiba-tiba saja berhenti, lalu ada gempa. Meletus lagi. Urutannya terbalik," kata Surono.

Keanehan ini, tambah Surono, membuat para ahli sulit memprediksi kapan letusan berikutnya akan terjadi. Dia mengatakan, kemungkinan letusan besar dari Lokon masih terjadi dalam beberapa hari ke depan. "Saya pikir tanggal 14 Juli kemarin sudah yang terbesar, ternyata tanggal 17 Juli ada yang lebih besar lagi," kata Surono.

Letusan kali ini juga berbeda dengan letusan Lokon pada 1969, 2001 dan 2002 silam. Letusan kali ini beruntun dan masih terjadi hingga saat ini. Tidak dapat diprediksi, Surono menghimbau agar keselamatan masyarakat diutamakan. "Nyawa manusia tidak ada gantinya, tidak bisa main tebak-tebakan," kata Surono.

Hingga saat ini, tercatat ada 5.359 pengungsi Lokon yang berada di 24 titik. Sampai situasi benar-benar dinyatakan aman, para pengungsi masih akan menempati tenda pengungsian.

Waspadai Modus Kejahatan Jelang Puasa

Mendekati bulan suci Ramadhan, aktivitas warga untuk berbelanja kebutuhan pokok dan keperluan lainnya dipastikan meningkat. Kesempatan ini tentunya akan dimanfaatkan para pelaku kejahatan untuk menjalankan aksi. Sebagian dari mereka bahkan nekat melakukan berbagai cara demi memenuhi kebutuhan mendekati hari raya Lebaran.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Baharudin Djafar mengatakan, sejumlah aksi kejahatan selama puasa hingga Lebaran tetap akan terjadi dengan cara dan modus yang bervariasi.

Salah satunya adalah kejahatan pencurian kendaraan bermotor yang terjadi saat salat tarawih hingga menjelang salat subuh. Selain itu kejahatan dengan modus pembiusan yang mengincar para pemudik yang hendak pulang kampung. Ini masih menjadi kejahatan yang paling marak. Modus lainnya, adalah perampokan dengan berpura-pura menjadi tamu atau menawarkan jasa service AC dan peralatan rumah tangga lainnya.

Modus ini, kata Baharudin, biasanya mengincar rumah yang ditinggalkan majikan dan hanya dijaga pembantu. Tapi tak kalah mengerikan adalah perampokan yang menggunakan senjata api yang mengincar para nasabah bank.

"Selalu kami katakan pada waktu-waktu tertentu cenderung ada penambahan angka kriminalitas. Menjelang bulan puasa memang biasanya begitu karena kebutuhan masyarakat tentu juga meningkat dan dengan sendirinya kriminalitas bertambah," ungkap Baharudin.

Karena itu, setiap Polres akan mulai melakukan patroli pada lokasi yang dianggap rawan aksi kejahatan. Dalam waktu dekat hasil analisi untuk wilayah yang dianggap rawan akan disampaikan.

"Mereka nanti yang tentukan. Wilayah mana yang akan diawasi, berapa personel yang patroli. Kejahatan apa saja yang biasanya terjadi, dan pola penanganannya. Itu Polres yang menentukan," tutur dia.

Selain pengamanan yang akan dilakukan pihak kepolisian, Baharudin meminta masyarakat untuk turut menjaga keamanan lingkungan mulai dari pemukiman, jalan umum, perkantoran, pertokoan, dan sekolah.

"Bentuk galakkan siskamling, polanya masyarakat atur sendiri yang penting keamanan bisa terjamin," ujarnya.

Berdasarkan data Polda Metro Jaya pada Juni 2011, kasus pencurian dengan kekerasan (curas) ada 66 kasus, yang terdiri dari perampokan enam kasus, perampasan 40 kasus, dan penodongan 20 kasus.

Sedangkan kasus pencurian dengan pemberatan (curat) di bulan Juni 2011 mencapai 572 kasus. Jenis-jenis kejahatan inilah yang diprediksi akan meningkat jelang Ramadhan.

Dunia Pengakuan Perompak Somalia

Perompak Somalia menolak jika mereka disebut perompak, mereka lebih memilih disebut sebagai 'penyelamat lautan'. Mereka juga tidak pernah membunuh seperti yang dibayangkan, mereka hanya membajak.

Pengakuan ini disampaikan oleh salah seorang perompak Somalia, Boyah, yang ditemui oleh salah satu wartawan Guardian, Rabu, 25 Mei 2011. Boyah yang menderita tuberculosis tinggal di peternakan, sekitar 15 kilometer dari luar kota Garowe, wilayah Eyl, Somalia.

Lelaki berumur sekitar 40an ini menolak jika dikatakan dia adalah perompak. Dia lebih memilih kata 'penyelamat lautan' karena aktivitas pembajakan yang mereka lakukan pada awalnya adalah untuk mengusir para perampok hasil laut di perairan Somalia pada tahun 90an. Pembajakan yang kini dia lakukan dianggapnya sebagai pembayaran pajak terhadap kapal yang melintas di perairan Somalia.

Boyah mengaku bahwa dia adalah kepala dari 500 perompak di kawasan itu. Dia membawahi sekitar 35 kelompok perompak. Boyah juga bertanggungjawab atas perekrutan para perompak. Salah satu kriteria yang ditetapkan oleh Boyah untuk seorang perompak cuma satu, "Dia tidak takut mati."

Boyah mengatakan bahwa dia telah membajak sekitar 25 kapal. Dalam pembajakan, Boyah mengatakan bahwa kelompoknya mengepung kapal sasaran seperti serigala mengepung mangsanya. Jika kapal sasaran tidak takut dan malah menyerang balik atau kabur dengan kecepatan tinggi, maka mereka menyerah.

"Hanya 20 sampai 30 persen upaya pembajakan kami yang berhasil. Hal ini dikarenakan mesin kapal kami kalah cepat dengan mereka, atau adanya campur tangan tentara," ujarnya.

Jika kapal sasaran tertangkap dan dibayarkan tebusan, uang berjumlah miliaran rupiah dibagikan ke berbagai pihak. Setengah dari tebusan, ujar Boyah, diberikan kepada para perompak. Sisanya diberikan kepada pemodal, yaitu orang yang memberikan kapalnya dan bensin untuk operasi perompakan, penjaga pantai, penerjemah, atau disumbangkan kepada orang miskin.

Kendati masuk dalam kategori pencurian dengan kekerasan, namun Boyah mengatakan bahwa mereka bukanlah orang yang berbahaya. Perompak, ujarnya, juga punya moral.

"Kami bukanlah pembunuh, kami tidak pernah membunuh siapapun, kami hanya menyerang kapal," ujarnya.

Boyah mengaku bahwa dia telah melakukan hal yang salah dengan melakukan pembajakan. "Kami sadar kalau kami salah. Kami juga sadar kami tidak lagi memperoleh dukungan masyarakat," ujarnya.

Dukungan yang meredup, jelasnya, adalah karena banyaknya delegasi dari pemerintah maupun tokoh-tokoh agama yang mengatakan bahwa tindakan perompakan adalah haram. Karena hal ini jugalah jumlah para perompak di Somalia semakin berkurang dan banyak yang memilih mencari pekerjaan yang halal

PBB: Rakyat Somalia Menderita Kelaparan

Perserikatan Bangsa-bangsa menetapkan daerah Somalia selatan sebagai daerah yang menderita kelaparan. Musim kemarau terparah selama 60 tahun ini membuat banyak anak-anak Somalia menderita kekurangan gizi.

Badan Bantuan Anak PBB, dilansir dari laman CNN, Rabu, 20 Juli 2011, mengatakan sebanyak 80 persen anak di Somalia selatan menderita kekurangan gizi. PBB mengatakan anak yang menderita kekurangan gizi akut di Somalia mencapai 30 persen. Sementara itu, angka kematian meningkat menjadi dua orang per 1.000 kepala per harinya.

Kekurangan gizi akibat kelaparan disebabkan oleh kemarau panjang yang berujung pada gagal panen, kematian ternak, meningkatnya harga pangan. Konflik berkepanjangan juga salah satu penyebab penderitaan warga Somalia. Perang saudara di Somalia juga membuat pemerintahan negara ini tidak efektif. Somalia telah lama disebut sebagai negara gagal.

Tingginya harga pangan membuat warga Somalia yang kebanyakan berada di bawah garis kemiskinan semakin menderita. PBB mencatat, sedikitnya 20 persen keluarga di negara ini menderita kekurangan pangan yang ekstrem. Daerah terparah adalah Bakool dan Shabelle.

Akibat kurangnya makanan, setiap minggunya sebanyak 5.000 warga Somalia rela berjalan berhari-hari di tengah terik menuju kamp pengungsi di Kenya dan Ethiopia. Saat ini di Kenya telah ada 400.000 pengungsi Somalia, padahal kamp pengungsi hanya mampu menampung 90.000 orang.

"Hampir setengah dari populasi Somalia, 3,7 juta orang, saat ini berada di situasi kritis. Sebanyak 2,8 juta di antaranya bermukim di wilayah selatan," ujar Mark Bowden, koordinator bantuan kemanusiaan PBB untuk Somalia.